Mengenal Asal-Usul Bendera Merah Putih
Malang, 19 September 2004
Yogyakarta,30 Oktober2007
Kata kunci: Bendera
Indonesia, asal-usul bendera, merah-putih
Dirangkum
oleh : Darwis Suryantoro (Surya Nusantara)
E-Mail: dar_cisco[at]yahoo[dot]com
Bila
kita melihat deretan bendera yang dikibarkan dari berpuluh-puluh bangsa
di atas tiang, maka terlintas di hati kita bahwa masing-masing warna
atau gambar yang terdapat di dalamnya mengandung arti, nilai, dan
kepribadian sendiri-sendiri, sesuai dengan riwayat bangsa masing-masing.
Demikian pula dengan bendera merah putih bagi Bangsa Indonesia. Warna
merah dan putih mempunyai arti yang sangat dalam, sebab kedua warna
tersebut tidak begitu saja dipilih dengan cuma–cuma, melainkan melalui
proses sejarah yang begitu panjang dalam perkembangan Bangsa Indonesia.
1.Menurut
sejarah, Bangsa Indonesia memasuki wilayah Nusantara ketika terjadi
perpindahan orang-orangAustronesia sekitar
6000 tahun yang lalu datang ke Indonesia Timur dan Barat melalui tanah
Semenanjung dan Philipina. Pada zaman itu manusia memiliki cara
penghormatan atau pemujaan terhadap matahari dan bulan. Matahari
dianggap sebagai lambang warna merah dan bulan sebagai lambang warna
putih. Zaman itu disebut juga zaman Aditya Candra. Aditya
berarti matahari dan Candra
berarti bulan. Penghormatan dan pemujaan tidak saja di kawasan
Nusantara, namun juga di seluruh Kepulauan Austronesia, di Samudra
Hindia, dan Pasifik.
Sekitar 4000 tahun yang lalu terjadi perpindahan
kedua, yaitu masuknya orang Indonesia kuno dari Asia Tenggara dan
kemudian berbaur dengan pendatang yang terlebih dahulu masuk ke
Nusantara. Perpaduan dan pembauran inilah yang kemudian melahirkan
turunan yang sekarang kita kenal sebagai Bangsa Indonesia.
Pada Zaman ituada kepercayaan yang memuliakan zat
hidup atau zat kesaktian bagi setiap makhluk hidup yaitu getah-getih. Getah-getih
yang menjiwai segala apa yang hidup sebagai sumbernya berwarna
merah dan putih. Getah tumbuh-tumbuhan berwarna putih dan getih (dalam
Bahasa Jawa/Sunda) berarti darah berwarna merah, yaitu zat yang
memberikan hidup bagi tumbuh-tumbuhan, manusia, dan hewan. Demikian
kepercayaan yang terdapat di Kepulauan Austronesia dan Asia Tenggara.
2.Pada
permulaan masehi selama 2 abad, rakyat di Kepulauan Nusantara mempunyai
kepandaian membuat ukiran dan pahatan dari kayu, batu, dan lainnya,
yang kemudian ditambah dengan kepandaian mendapat pengaruh dari
kebudayaan Dong Song dalam membuat alat-alat
dari logam terutama dari perunggu dan besi. Salah satu hasil yang
terkenal ialah pembuatan gendering besar dari perunggu yang disebut nekara
dan tersebar hampir di seluruh Nusantara. Di Pulau Bali
gendering ini disebut Nekara Bulan Pajeng yang
disimpan dalam pura. Pada nekara tersebut diantaranya terdapat lukisan
orang menari dengan hiasan bendera dan umbul-umbul dari bulu burung.
Demikian juga di Gunung Kidul sebelah selatan Yogyakarta terdapat
kuburan berupa waruga dengan lukisan bendera
merah putih berkibar di belakang seorang perwira menunggang kerbau,
seperti yang terdapat di kaki Gunung Dompu.
Sejak kapan bangsa-bangsa di dunia mulai memakai
bendera sebagai identitas bangsanya? Berdasarkan catatan sejarah dapat
dikemukakan bahwa awal mula orang menggunakan bendera dimulai dengan
memakai lencana atau emblem, kemudian
berkembang menjadi tanda untuk kelompok atau satuan dalam bentuk kulit
atau kain yang dapat berkibar dan mudah dilihat dari jauh. Berdasarkan
penelitian akan hasil-hasil benda kuno ada petunjuk bahwa Bangsa Mesir
telah menggunakan bendera pada kapal-kapalnya, yaitu sebagai batas dari
satu wilayah yang telah dikuasainya dan dicatat dalam daftar. Demikian
juga Bangsa Cina di zaman kaisar Chou tahun 1122 sebelum masehi.
Bendera itu terikat pada tongkat dan bagian
puncaknya terdapat ukiran atau totem, di bawah totem inilah diikatkan
sepotong kain yang merupakan dekorasi. Bentuk semacam itu didapati pada
kebudayaan kuno yang terdapat di sekitar Laut Tengah. Hal itu diperkuat
juga dengan adanya istilah bendera yang terdapat dalam kitab Injil.
Bendera bagi raja tampak sangat jelas, sebab pada puncak tiang terdapat
sebuah symbol dari kekuasaan dan penguasaan suatu wilayah taklukannya.
Ukiran totem yang terdapat pada puncak atau tiang mempunyai arti magis
yang ada hubungnnya dengan dewa-dewa. Sifat pokok bendera terbawa hingga
sekarang ini.
Pada abad XIX tentara napoleon I dan II juga
menggunakan bendera dengan memakai lambang garuda di puncak tiang. Perlu
diingat bahwa tidak semua benderamempunyai arti dan ada hubungannya
dengan religi. Bangsa Punisia dan Yunani menggunakan bendera sangat
sederhana yaitu untuk kepentingan perang atau menunjukkan kehadiran raja
atau opsir, dan juga pejabat tinggi negara. Bendera Yunani umumnya
terdiri dari sebuah tiang dengan kayu salib atau lintang yang pada
puncaknya terdapat bulatan. Dikenal juga perkataan vaxillum (kain
segi empat yang pinggirnya berwarna ungu, merah, atau biru) digantung
pada kayu silang di atas tombak atau lembing.
Ada lagi yang dinamakan labarum
yang merupakan kain sutra bersulam benang emas dan biasanya khusus
dipakai untuk Raja Bangsa Inggris menggunakan bendera sejak abad VIII.
Sampai abad pertengahan terdapat bendera yang menarik perhatian yaitu
bendera “gunfano” yang dipakai Bangsa Germania, terdiri dari
kain bergambar lencana pada ujung tombak, dan dari sinilah lahir bendera
Prancis yang bernama “fonfano”.
Bangsa Viking hampir sama dengan itu, tetapi
bergambar naga atau burung, dikibarkan sebagai tanda menang atau kalah
dalam suatu pertempuran yang sedang berlangsung. Mengenai
lambang-lambang yang menyertai bendera banyak juga corak ragamnya,
seperti Bangsa Rumania pernah memakai lambang burung dari logam, dan
Jerman kemudian memakai lambang burung garuda, sementara Jerman memakai
bendera yang bersulam gambar ular naga.
Tata cara pengibaran dan pemasangan bendera setengah
tiang sebagai tanda berkabung, kibaran bendera putih sebagai tanda
menyerah (dalam peperangan) dan sebagai tanda damai rupanya pada saat
itu sudah dikenal dan etika ini sampai sekarang masih digunakan oleh
beberapa Negara di dunia.
3.Pada
abad VII di Nusantara ini terdapat beberapa kerajaan. Di Jawa, Sumatra,
Kalimantan, dan pulau-pulau lainnya yang pada hakikatnya baru merupakan
kerajaan dengan kekuasaan terbatas, satu sama lainnya belum mempunyai
kesatuan wilayah. Baru pada abad VIII terdapat kerajaan yang wilayahnya
meliputi seluruh Nusantara yaitu Kerajaan Sriwijaya yang berlangsung
sampai abad XII. Salah satu peninggalannya adalah Candi Borobudur ,
dibangun pada tahun 824 Masehi dan pada salah satu dindingnya terdapat “pataka”
di atas lukisan dengan tiga orang pengawal membawa bendera
merah putih sedang berkibar. Kata dwaja atau
pataka sangat lazim digunakan dalam kitab jawa kuno atau kitab Ramayana.
Gambar pataka yang terdapat pada Candi Borobuur, oleh seorang pelukis
berkebangsaan Jerman dilukiskan dengan warna merah putih. Pada Candi
Prambanan di Jawa Tengah juga terdapat lukisan Hanoman terbakar ekornya
yang melambangkan warna merah (api) dan warna putih pada bulu badannya. Hanoman
= kera berbulu putih. Hal tersebut sebagai peninggalan sejarah
di abad X yang telah mengenal warna merah dan putih.
Prabu Erlangga, digambarkan sedang mengendarai
burung besar, yaitu Burung Garuda yang juga dikenal sebagau burung merah
putih. Denikian juga pada tahun898 sampai 910 Raja Balitung yang
berkuasa untuk pertama kalinya menyebut dirinya sebagai gelar Garuda
Muka, maka sejak masa itu warna merah putih maupun lambang Garuda telah
mendapat tempat di hati Rakyat Indonesia.
4.Kerajaan
Singosari berdiri pada tahun 1222 sampai 1292 setelah Kerajaan Kediri,
mengalami kemunduran. Raja Jayakatwang dari Kediri saat melakukan
pemberontakan melawan Kerajaan Singosari di bawah tampuk kekuasaan Raja
Kertanegara sudah menggunakan bendera merah – putih , tepatnya sekitar
tahun 1292. Pada saat itu tentara Singosari sedang dikirim ke
Semenanjung Melayu atau Pamelayu. Jayakatwang mengatur siasat
mengirimkan tentaranya dengan mengibarkan panji – panji berwarna merah
putih dan gamelan kearah selatan Gunung Kawi. Pasukan inilah yang
kemudian berhadapan dengan Pasukan Singosari, padahal pasukan Singosari
yang terbaik dipusatkan untuk menghadang musuh di sekitar Gunung
Penanggungan. Kejadian tersebut ditulis dalam suatu piagam yang lebih
dikenaldengan nama Piagam Butak. Butak adalah nama
gunung tempat ditemukannya piagam tersebut terletak di sebelah selatan
Kota Mojokerto. Pasukan Singosari dipimpin oleh R. Wijaya dan Ardaraja
(anak Jayakatwang dan menantu Kertanegara). R. Wijaya memperoleh hadiah
sebidang tanah di Desa Tarik, 12 km sebelah timur Mojokerto. Berkibarlah
warna merah – putih sebagai bendera pada tahun 1292 dalam Piagam Butak
yang kemudian dikenal dengan piagam merah – putih, namun masih terdapat
salinannya. Pada buku Paraton ditulis tentang Runtuhnya Singosari serta
mulai dibukanya Kerajaan Majapahit dan pada zaman itu pula terjadinya
perpaduan antara Ciwaisme dengan Budhisme.
5.Demikian
perkembangan selanjutnya pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit,
menunjukkan bahwa putri Dara Jingga dan Dara Perak yang dibawa oleh
tentara Pamelayu juga mangandung unsur warna merah dan putih
(jingga=merah, dan perak=putih). Tempat raja Hayam Wuruk bersemayam,
pada waktu itu keratonnya juga disebut sebagai keraton merah – putih,
sebab tembok yang melingkari kerajaan itu terdiri dari batu bata merah
dan lantainya diplester warna putih. Empu Prapanca pengarang buku
Negarakertagama menceritakan tentang digunakannya warna merah – putih
pada upacara kebesaran Raja Hayam Wuruk. Kereta pembesar – pembesar yang
menghadiri pesta, banyak dihiasi merah – putih, seperti yang dikendarai
oleh Putri raja Lasem. Kereta putri Daha digambari buah maja warna
merah dengan dasar putih, maka dapat disimpulkan bahwa zaman Majapahit
warna merah – putih sudah merupakan warna yang dianggap mulia dan
diagungkan. Salah satu peninggalan Majapahit adalah cincin
warna merah putih yang menurut ceritanya sabagai penghubung
antara Majapahit dengan Mataram sebagai kelanjutan. Dalam Keraton
Solo terdapat panji – panji peninggalan Kyai Ageng Tarub
turunan Raja Brawijaya yaitu Raja Majapahit terakhir. Panji – panji
tersebut berdasar kain putih dan bertuliskan arab jawa yang digaris
atasnya warna merah. Hasil penelitian panitia kepujanggaan Yogyakarta
berkesimpulan antara lain nama bendera itu adalah Gula
Kelapa . dilihat dari warna merah dan putih. Gula warna
merah artinya berani, dan kelapa warna putih artinya suci.
6.Di
Sumatra Barat menurut sebuah tambo yang telah turun temurun hingga
sekarang ini masih sering dikibarkan bendera dengan tiga warna,
yaitu hitam mewakili golongan penghulu atau penjaga adat, kuning
mewakili golongan alim ulama, sedangkan merah mewakili golongan hulu
baling. Ketiga warna itu sebenarnya merupakan peninggalan Kerajaan
Minang pada abad XIV yaitu Raja Adityawarman. Juga di Sulawesi di daerah
Bone dan Sopeng dahulu dikenal Woromporang yang berwarna putih disertai
dua umbul – umbul di kiri dan kanannya. Bendera tersebut tidak hanya
berkibar di daratan, tetapi juga di samudera , di atas tiang armada
Bugis yang terkenal. Bagi masyarakat Batak terdapat kebudayaan memakai
ulos semacam kain yang khusus ditenun dengan motif tersendiri. Nenek
moyang orang Batak menganggap ulos sebgai lambang yang akan mendatangkan
kesejahteraan jasmani dan rohani serta membawa arti khusus bagi yang
menggunakannya. Dalam aliran animisme Batak dikenal dengan kepercayaan
monotheisme yang bersifat primitive, bahwa kosmos merupakan kesatuan
tritunggal, yaitu benua atas dilambangkan dengan warna merah dan benua
bawah dilambangkan dengan warna hitam. Warna warna ketiga itu banyak
kita jumpai pada barang-barang yang suci atau pada hiasan-hiasan rumah
adat. Demikian pula pada ulos terdapat warna dasar yang tiga tadi yaitu
hitam sebagai warna dasar sedangkan merah dan putihnya sebagai motif
atau hiasannya. Di beberapa daerah di Nusantara ini terdapat kebiasaan
yang hampir sama yaitu kebiasaan memakai selendang sebagai pelengkap
pakaian kaum wanita. Ada kalanya pemakaian selendang itu ditentukan
pemakaiannya pada setiap ada upacara – upacara, dan sebagian besar dari
moti-motifnya berwarna merah dan putih.
7.Ketika
terjadi perang Diponegoro pada tahun 1825-1830 di tengah – tengah
pasukan Diponegoro yang beribu – ribu juga terlihat kibaran bendera
merah – putih, demikian juga di lereng – lereng gunung dan desa- desa
yang dikuasai Pangeran Diponegoro banyak terlihat kibaran bendera merah-
putih. Ibarat gelombang samudera yang tak kunjung reda perjuangan
Rakyat Indonesia sejak zaman Sriwijaya, Majapahit, putra – putra
Indonesia yang dipimpin Sultan Agung dari Mataram, Sultan Ageng
Tirtayasa dari Banten, Sultan Hasanudin, Sisingamangaraja, Tuanku Imam
Bonjol, Teuku Umar, Pangeran Antasari, Pattimura, Diponegoro dan banyak
lagi putra Indonesia yang berjuang untuk mempertahankan kedaulatan
bangsa, sekalipun pihak penjajah dan kekuatan asing lainnya berusaha
menindasnya, namun semangat kebangsaan tidak terpadamkan.
Pada abad XX perjuangan Bangsa Indonesia makin
terarah dan menyadari akan adanya persatuan dan kesatuan perjuangan
menentang kekuatan asing, kesadaran berbangsa dan bernegara mulai
menyatu dengan timbulnya gerakan kebangsaan Budi Utomo pada 1908 sebagai
salah satu tonggak sejarah.
Kemudian pada tahun 1922di Yogyakarta berdiri sebuah
perguruan nasional Taman Siswa dibawah pimpinan Suwardi Suryaningrat.
Perguruan itu telah mengibarkan bendera merah putih dengan latar dasar
warna hijau yang tercantum dalam salah satu lagu antara lain : Dari
Barat Sampai ke Timur, Pulau-pulau Indonesia, Nama Kamu Sangatlah Mashur
Dilingkungi Merah-putih. Itulah makna bendera yang dikibarkan Perguruan
Taman Siswa.
Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang – pejuang
Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna
merah dan putih, di bagian belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan
sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran.
Para mahasiswa yang tergabung dalam Perhimpunan
Indonesia yang berada di Negeri Belanda pada 1922 juga telah mengibarkan
bendera merah – putih yang di tengahnya bergambar kepala kerbau, pada
kulit buku yang berjudul Indonesia Merdeka. Buku ini
membawa pengaruh bangkitnya semangat kebangsaan untuk mencapai Indonesia
Merdeka.
Demikian seterusnya pada tahun 1927 berdiri Partai
Nasional Indonesia dibawah pimpinan Ir. Soekarno yang bertujuan mencapai
kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia. Partai tersebut mengibarkan bendera
merah putih yang di tengahnya bergambar banteng.
Kongres Pemuda pada tahun 1928 merupakan detik yang
sangat bersejarah dengan lahirnya “Sumpah Pemuda”. Satu keputusan
sejarah yang sangat berani dan tepat, karena kekuatan penjajah pada
waktu itu selalu menindas segala kegiatan yang bersifat kebangsaan.
Sumpah Pemuda tersebut adalah tidak lain merupakan tekad untuk bersatu,
karena persatuan Indonesia merupakan pendorong ke arah tercapainya
kemerdekaan. Semangat persatuan tergambar jelas dalam “Poetoesan
Congres Pemoeda – Pemoeda Indonesia”
yang berbunyi :
Pertama: KAMI POETRA
DAN POETRI INDONESIA
MENGAKOE
BERTOEMPAH DARAH
YANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA
Kedua:KAMI
POETRA DAN POETRI INDONESIA
MENGAKOE
BERBANGSA
YANG SATOE, BANGSA INDONESIA
Ketiga:KAMI
POETRA DAN POETRI INDONESIA
MENDJOENDJOENG
BAHASA PERSATOEAN, BAHASA
INDONESIA
Pada kongres tersebut untuk pertama kalinya
digunakan hiasan merah – putihtanpa gambar atau tulisan, sebagai warna
bendera kebangsaan dan untuk pertama kalinya pula diperdengarkan lagu
kebangsaan Indonesia Raya.
Pada saat kongres pemuda berlangsung, suasana merah –
putih telah berkibar di dada peserta, yang dibuktikan dengan panitia
kongres mengenakan “kokarde” (semacam tanda panitia) dengan warna merah
putih yang dipasang di dada kiri. Demikian juga pada anggota padvinder
atau pandu yang ikut aktif dalam kongres menggunakan dasi berwarna merah
– putih. Kegiatan pandu, suatu organisasi kepanduan yang bersifat
nasional dan menunjukkan identitas kebangsaan dengan menggunakan dasi
dan bendera merah – putih.
Perlu disadari bahwa Polisi Belanda (PID) termasuk
Van der Plass tokohnya sangat ketat memperhatikan gerak – gerik peserta
kongres, sehingga panitia sangat berhati-hati serta membatasi diri demi
kelangsungan kongres. Suasana merah putih yang dibuat para pandu
menyebabkan pemerintah penjajah melarang dilangsungkannya pawai pandu,
khawatir pawai bisa berubah menjadi semacam penggalangan kekuatan massa.
Pengibaran Bendera Merah-putih dan lagu kebangsaan
Indonesia Raya dilarang pada masa pendudukan Jepang, karena ia
mengetahui pasti bahwa hal tersebut dapat membangkitkan semangat
kebangsaan yang nantinya menuju pada kemerdekaan. Kemudian pada tahun
1944 lagu Indonesia Raya dan Bendera Merah-putih diizinkan untuk
berkibar lagi setelah kedudukan Jepang terdesak. Bahkan pada waktu itu
pula dibentukpanitia yang bertugas menyelidiki lagu kebangsaan serta
arti dan ukuran bendera merah-putih.
Detik-detik yang sangat bersejarah adalah lahirnya
Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Setelah
pembacaan teks proklamasi, baru dikibarkan bendera merah-putih, yang
kemudian disahkan pada 18 Agustus 1945. Bendera yang dikibarkan tersebut
kemudian ditetapkan dengan nama Sang Saka Merah Putih.
Kemudian pada 29 September 1950 berkibarlah Sang
Merah Putih di depan Gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai pengakuan
kedaulatan dan kemerdekaan Bangsa Indonesia oleh badan dunia.
Bendera merah-putih mempunyai persamaan dengan
bendera Kerajaan Monako, yaitu sebuah Negara kecil di bagian selatan
Prancis, tapi masih ada perbedaannya. Bendera Kerajaan Monako di bagian
tengah terdapat lambang kerajaan dan ukurannya dengan perbandingan 2,5 :
3, sedangkan bendera merah putih dengan perbandingan 2 : 3 (lebar 2
meter, panjang 3 meter) sesuai Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 1958.
Kerajaan Monako menggunakan bendera bukan sebagai lambang tertinggi
karena merupakan sebuah kerajaan, sedangkan bagi Indonesia bendera merah
putih merupakan lambang tertinggi.
Artikel terkait: Peraturan
Bendera Kebangsaan Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar